Cerita disalin dari sumber https://health.detik.com/read/2014/02/11/192427/2493865/763/masih-kurang-diperhatikan-dr-amalia-malik-ingin-peneliti-lebih-dihargai
Foto: www.sci.ui.ac.id
Jakarta, Perjuangan Raden Ajeng Kartini tampaknya tidak sia-sia, pada zaman modern ini telah muncul salah satu penerusnya, Dr Amarila Malik. Salah seorang peneliti ini patut menjadi kebanggaan Indonesia atas minat dan kerja kerasnya di bidang riset dan teknologi.
Wanita kelahiran Jakarta 3 Oktober 1964 ini merupakan peneliti, khususnya dalam bidang farmasi. Banyak penelitian yang telah dilakukan olehnya. Salah satunya adalah bahwa ia pernah mendapatkan penghargaan dalam program Ristek-Kalbe Science Award pada tahun 2010 silam.
Penelitian yang dimulainya pada tahun 2006 tersebut meneliti tentang rekayasa enzim. “Jadi dari satu mikroba kemudian dikloning untuk diperbanyak jumlahnya. Nanti enzim tersebut bisa mengonversi karbohidrat menjadi suatu polimer. Nah, polimer ini biasanya digunakan untuk kebutuhan farmasi,” ujar Dr Amarila kepada detikHealth, saat ditemui di Gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2014).
Penelitian yang dimulainya sejak tahun 2006 ini memang tidak langsung diaplikasikan untuk masyarakat, tetapi lebih pada industri farmasi sebagai bahan pembuat obat. Sampai sekarang ia masih tetap melanjutkan penelitian tersebut walaupun ia harus membagi waktu. Sebab selain aktif sebagai peneliti, Dr Amarila juga bekerja sebagai seorang dosen.
Peraih Best Research RKSA 2010 ini sendiri mengaku bahwa uang hadiahnya digunakan untuk dana tambahan riset yang sedang dilakukannya. Selain hadiah, keuntungan lain yang ia dapatkan pasca menjadi pemenang adalah kepercayaan orang lain saat mengajukan proposal penelitian lainnya.
Menurutnya perhatian dari pihak pemeritah dan swasta terhadap para peneliti masih kurang. Seharusnya program penghargaan terhadap para ilmuwan atau peneliti lebih diperbanyak. Para peneliti pun akan merasa lebih dihargai dengan adanya penghargaan sejenis itu.
Dr Amarila sendiri berharap program ini membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih ilmiah dalam berpikir, karena ia percaya bangsa yang maju adalah bangsa yang berpikir secara ilmiah.
“Harapan saya pemerintah lebih mendukung dan memotivasi pihak swasta untuk menyelenggarakan program penghargaan lainnya. Dengan begitu saya berharap para peneliti melakukan riset tidak hanya untuk mengejar hibah, tetapi dari hulu ke hilir, sehingga bisa menjadi kebanggaan bangsa dan bisa menggantikan produk impor lainnya,” tutur dosen yang aktif mengajar di Universitas Indonesia, khususnya bidang Bioteknologi dan Rekayasa Genetika, ini.
(vit/vit)