Proses Penemuan Obat melalui Metode AI (Artificial Intelligence) oleh Guru Besar FF UI

Search
Close this search box.

Proses Penemuan Obat melalui Metode AI (Artificial Intelligence) oleh Guru Besar FF UI

Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua guru besar yaitu Prof. Dr. Arry Yanuar, M.Si, Apt sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Farmasi UI dan Prof. Dr. rer nat. Abdul Haris sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI. Upacara pengukuhan dilaksanakan pada Rabu (31/7) yang dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met. Prof. Arry selaku Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan Fakultas Farmasi UI menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Artificial Intelligence Sebagai Pendekatan Baru dalam Ilmu Kimia Medisinal dan Perannya pada Proses Penemuan Obat.”

Pada awalnya penemuan obat banyak diperoleh secara kebetulan (serendipity) seperti penisilin (antibiotik), metformin (anti diabetes), sildenafil (disfungsi ereksi) dan minoksidil (penumbuh rambut). Secara kebetulan terjadi repurposing atau repositioning dari anti malaria menjadi anti diabetes pada metformin, anti angina menjadi anti difungsi ereksi pada sildenafil, anti hipertensi menjadi penumbuh rambut pada minoksidil.

 

 

Penemuan obat yang rasional didukung oleh kemajuan yang pesat dalam berbagai ilmu antara lain ilmu komputer, statistik, biologi molekuler, biofisika, biokimia, farmakokinetik, farmakodinamik dan  kimia medisinal. Kimia medisinal sebagai bagian penting dalam penemuan obat rasional terbagi atas tiga tahapan yaitu (1) tahap penemuan, (2) tahap optimisasi, dan (3)  tahap pengembangan.

Berbagai metode dapat digunakan dalam tahap awal penemuan obat rasional seperti: 1) penambatan molekuler (molecular docking), 2) dinamika molekuler (molecular dynamics, MD) 3) pemodelan farmakofor (pharmacophore modeling), dan 4) artificial intelligence (AI). Metode artificial intelligence sangat bergantung pada ekstraksi fitur-fitur pada suatu senyawa kimia seperti sidik jari (fingerpint) ataupun deskriptor. Sedangkan pada tahap optimisasi melibatkan proses pengembangan hit menjadi lead menggunakan sintesis kimia organik. Tahap terakhir yaitu tahap pengembangan merupakan tahap proses penemuan obat rasional yang melibatkan uji in vivo seperti uji  praklinik maupun uji klinik.

Prof. Arry menuturkan, “Salah satu perkembangan terbaru AI dan sangat luar biasa adalah penemuan obat PXT3003 untuk pengobatan penyakit neuropati Charcot-Marie-Tooth (CMT) salah satu kelainan langka yang belum ditemukan obatnya, hingga obat ini ditemukan oleh perusahaan Biofarmasi Prancis Pharnext yang baru berdiri pada tahun 2007.” Artificial intelligence memberikan akselerasi yang luar biasa dalam penemuan dan pengembangan obat. Maka tidak heran banyak perusahaan farmasi mulai bermitra dengan startup dan akademisi AI untuk memulai program pengembangan obat, bahkan perusahaan raksasa di luar farmasi bertransformasi untuk pengembangan obat seperti Google dan Facebook Inc. Prof.Arry sangat mendukung metode artificial intelligence (AI) dalam penemuan obat karena terbukti memiliki peran yang besar ke depannya dalam pengembangan obat baru baik dari bahan alam, sintetik maupun reposisi dari penggunaan sebelumnya.