Depok, 25 Agustus 2025 – Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) bersama Martha Tilaar Group sukses menyelenggarakan Campuspreneur Talk dengan tema “The Glow Economy: Beautypreneurs Take the Lead” di Auditorium Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok, pada Senin, 25 Agustus 2025. Kegiatan ini menghadirkan para pendiri brand kecantikan ternama tanah air untuk berbagi pengalaman dan inspirasi dalam membangun bisnis yang menggabungkan sains, kreativitas, serta jiwa kewirausahaan, khususnya di era yang kini dikenal sebagai Glow Economy.
Acara dibuka dengan sambutan Dekan FFUI, Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si., yang menyampaikan bahwa ia pengapresiasi para jajaran pimpinan Martha Tilaar Group, serta para narasumber yang hadir. Dalam sambutannya, Prof. Arry menegaskan bahwa Campuspreneur Talk merupakan wujud nyata dari sinergi antara dunia akademik dan industri yang mampu melahirkan gagasan baru, inovasi, dan peluang bisnis. Ia menggarisbawahi bahwa kehadiran para brand founders dari industri kecantikan tanah air menjadi bukti bagaimana keberanian, ketekunan, dan inovasi dapat membawa seseorang menuju kesuksesan.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Arry juga menekankan bahwa kerja sama antara FFUI dan Martha Tilaar Group bukanlah hal baru, melainkan sebuah sinergi yang terus berkembang. Kolaborasi ini telah terjalin melalui berbagai kegiatan yang mencakup pengajaran, penelitian, hingga pengabdian kepada masyarakat. Ia menyebut, ke depannya kerja sama ini diharapkan tidak hanya terbatas pada seminar atau riset, tetapi juga diperluas ke program magang, pendampingan bisnis, dan pengembangan inovasi produk yang melibatkan mahasiswa, dosen, dan praktisi industri secara berkesinambungan. “Kami berharap kolaborasi ini semakin diperkuat agar lahir karya dan inovasi yang bermanfaat, sekaligus memberikan kontribusi berkelanjutan bagi dunia pendidikan, industri, dan masyarakat luas,” ungkapnya.
Sesi inti Campuspreneur Talk menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif dari industri kecantikan. Dr. Kilala Tilaar, CEO Martha Tilaar Group, membuka sesi dengan kisah perjalanan Martha Tilaar Group yang bermula dari usaha rumahan hingga berkembang menjadi salah satu perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia. Ia menegaskan bahwa riset dan kearifan lokal menjadi fondasi bisnis yang berkelanjutan, serta menekankan pentingnya kolaborasi dengan dunia akademik untuk menghasilkan inovasi yang relevan dengan industri sekaligus berdampak positif bagi masyarakat. “Sejak awal, Martha Tilaar Group percaya bahwa kekuatan ilmu pengetahuan dan warisan budaya dapat berpadu untuk menciptakan produk yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga memiliki nilai keberlanjutan dan memberdayakan komunitas,” ujarnya.
Selanjutnya, Ahmad Rashed (Founder Bhumi Skincare), Raisa Andriana dan Titania Fairuskha (Founder Raine Beauty) membagikan pengalaman mereka dalam membangun brand berbasis nilai dan narasi. Menurut mereka, identitas dan cerita yang kuat di balik sebuah brand mampu menciptakan kedekatan emosional dengan konsumen sekaligus memperkuat daya saing di pasar yang kompetitif.
Sementara itu, M. Emyranza (Founder SMITH), Priscilla Pangemanan (Founder SASC), serta M. Hadiyatullah (Founder & CEO Brighty Group) bersama Muhammad Raafi (Founder Brighty & Ciara) berbicara mengenai strategi pertumbuhan brand kecantikan baru. Mereka menekankan pentingnya keberanian menghadapi disrupsi, inovasi dalam pemasaran, serta strategi kolaborasi untuk mencapai dominasi pasar.
Diskusi semakin hidup dengan sesi tanya jawab interaktif, di mana para peserta yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa FFUI aktif bertanya mengenai strategi bisnis, tantangan industri, hingga peran riset dalam pengembangan produk kecantikan. Antusiasme tinggi dari lebih dari 500 peserta menunjukkan bahwa tema kewirausahaan di bidang farmasi dan kecantikan sangat relevan dan diminati, terutama oleh generasi muda yang ingin menggabungkan ilmu pengetahuan dengan kreativitas serta peluang bisnis.
Fakultas Farmasi UI berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan zaman, mampu menjadi problem solver, inovator, bahkan entrepreneur yang berkontribusi nyata bagi masyarakat dan industri. Menurutnya, ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa harus bisa diimplementasikan menjadi karya yang bermanfaat. Karena itu, kolaborasi dengan industri, khususnya Martha Tilaar Group, menjadi strategi penting untuk menghubungkan teori dengan praktik, sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa.