Depok, 23 Oktober 2025 — Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) kembali menyelenggarakan kegiatan Kuliah Tamu yang inspiratif dengan topik “Keterampilan Bisnis Internasional”, menghadirkan apt. Drs. Victor S. Ringoringo, S.E., M.Si. dari PT. Deltomed Laboratories Indonesia sebagai narasumber utama. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan diikuti oleh mahasiswa program sarjana dan pascasarjana FFUI.
Dalam pemaparannya, Victor S. Ringoringo berbagi pengalaman praktisnya dalam merancang strategi bisnis dan ekspor internasional untuk produk farmasi, khususnya produk berbasis herbal. Ia menjelaskan pentingnya analisis portofolio produk, riset pasar, analisis pesaing, serta pengembangan strategi ekspor yang berkelanjutan.
Victor juga menceritakan perjalanan Deltomed dalam mengekspor produk herbal ke berbagai negara Asia seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam, sembari menekankan bahwa pemahaman terhadap peraturan dan standar registrasi produk di tiap negara merupakan kunci utama keberhasilan ekspor.
“Dalam bisnis internasional, riset pasar dan uji tuntas mitra bisnis itu mutlak. Lebih baik kehilangan sedikit uang di awal, daripada terjebak dengan mitra yang tidak dapat dipercaya,” ujar Victor mengingatkan, merujuk pada pengalamannya menghadapi berbagai tantangan distribusi di negara-negara berkembang.
Victor menyoroti sejumlah tantangan dalam proses pendaftaran produk herbal di luar negeri, yang bervariasi antarnegara—mulai dari yang relatif cepat seperti di Brunei, hingga yang memakan waktu lama seperti di Malaysia (hingga 2,5 tahun). Ia juga menekankan pentingnya uji tuntas (due diligence) terhadap calon distributor untuk menghindari risiko penipuan.
Menurutnya, strategi yang efektif bagi perusahaan pemula adalah memulai ekspor dari satu produk unggulan sebelum memperluas portofolio ke produk lain, guna menjaga fokus dan efisiensi operasional.
Dalam sesi berikutnya, Victor mengulas konsep Incoterms (International Commercial Terms) dan penerapannya dalam perdagangan internasional produk farmasi. Ia menjelaskan bahwa meskipun Incoterms mengikuti standar global, tingkat kepercayaan antar pihak dalam transaksi sering kali menjadi faktor penentu kesuksesan kerja sama.
“Dalam transaksi besar, Letters of Credit (LC) sering menjadi solusi terbaik untuk menjamin keamanan pembayaran antara eksportir dan importir,” jelasnya, sembari mencontohkan praktik kerja sama antara distributor di Singapura dan Indonesia.
Victor juga menyoroti peran dukungan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan BPOM yang telah mempercepat proses pendaftaran ekspor bagi produk farmasi dan herbal. Ia menekankan bahwa pelaku usaha, terutama UMKM farmasi, perlu memanfaatkan peluang ini dengan meningkatkan kesiapan administrasi dan kualitas produk agar dapat bersaing di pasar global.
Ia menyarankan perusahaan lokal untuk menjajaki pasar yang lebih mudah terlebih dahulu seperti Brunei, sebelum masuk ke pasar yang lebih ketat seperti Malaysia, serta mempertimbangkan kerja sama produksi dengan mitra di Singapura atau Australia untuk mempermudah proses sertifikasi dan inspeksi.
Menutup sesi kuliah tamu, Victor menyinggung tantangan besar yang dihadapi industri farmasi nasional, terutama terkait fluktuasi nilai tukar mata uang dan ketergantungan terhadap bahan baku impor yang mencapai sekitar 95%, mayoritas berasal dari Tiongkok dan India.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa industri farmasi tetap menjadi sektor yang stabil dan prospektif, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 10–12% setiap tahun, bahkan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
“Industri farmasi bukan hanya stabil, tapi juga penuh peluang. Dengan perencanaan yang baik dan dukungan lintas pemangku kepentingan, Indonesia bisa menjadi pemain penting di pasar farmasi Asia,” tutupnya.
Kegiatan kuliah tamu ini menambah wawasan mahasiswa FFUI mengenai realitas bisnis dan perdagangan internasional di sektor farmasi, sekaligus menumbuhkan semangat untuk berkontribusi dalam pengembangan produk farmasi lokal yang berdaya saing global.