Antimicrobial Resistance (resistensi antimikroba) merupakan sebuah fenomena biologis alami yang tidak dapat dihentikan. Menurut Christopher Raymond, selaku narasumber yang mengisi kuliah perdana Fakultas Farmasi UI pada tanggal 5 Februari 2018 di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, ada dua tipe resistensi antibiotik yaitu constitutional resistance dan acquired resistance. Resistensi ini memiliki banyak dampak negatif, antara lain durasi penyakit dan pengobatan yang mamakan waktu lebih lama, tingkat kematian dan morbiditas tinggi ekonomi yang besar, pengobatan dengan obat mahal, operasi yang kompleks, transplantasi dan intervensi lainnya, dan masih banyak lagi.
Antimicrobial Resistance (AMR) ini merupakan masalah yang terus berkembang dan merugikan hingga milyaran USD. AMR juga merenggut puluhan ribu korban jiwa. Solusi yang memungkinkan untuk AMR adalah “mencegah, mendeteksi, dan menanggapi.”
Nani Sukasediati juga mempresentasikan aksi yang saat ini dilakukan Indonesia untuk melawan AMR. Rencana aksi nasional untuk melawan AMR memiliki 5 strategi objektif: meningkatkan pengetahuan dan pengertian, melakukan pengawasan terhadap AMR, memelihara kebersihan, pencegahan infeksi dan melakukan kontrol untuk mengurangi infeksi, mengoptimalkan pedoman penggunaan antibiotik, dan membangun investasi di obat-obatan baru, alat-alat diagnosa dan vaksin.
Peran yang bisa anda lakukan untuk ikiut serta mencegah AMR yaitu dengan menciptakan kreativitas untuk membantu komunitas mendapatkan antimikrobial dengan kualitas baik. Mulai mereview pembelajaran tentang eksplorasi antibiotik serta menginisiasi kolaborasi juga bisa dilakukan untuk mencegah AMR. (Ast)