FFUI Kembali Sambangi Baduy untuk Atasi Permasalahan Kulit

Cari
Tutup kotak pencarian ini.

FFUI Kembali Sambangi Baduy untuk Atasi Permasalahan Kulit

Depok, 15 Agustus 2024 – Pada tanggal 10 Agustus 2024 lalu, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI)  2024 telah menginisiasi program edukasi kesehatan kulit di wilayah komunitas Suku Baduy, tepatnya di Kampung Kadu Ketug dan Kadu Jangkung. Program ini dipimpin oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D., dengan tujuan utama meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat setempat akan pentingnya menjaga kesehatan kulit.

Suku Baduy, komunitas tradisional yang terletak di pegunungan Kendeng, Lebak, Banten, dikenal dengan kehidupan yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan cenderung tertutup terhadap pengaruh luar. Namun, di balik keutuhan tradisi ini, masyarakat Baduy menghadapi tantangan kesehatan serius, khususnya terkait penyakit kulit seperti skabies atau yang sering dikenal dengan sebutan kudis atau budug.

“Masalah kesehatan ini diperparah oleh terbatasnya akses masyarakat Baduy ke fasilitas kesehatan. Selain itu, masalah lain adalah minimnya pemahaman mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta cara penggunaan tanaman herbal secara higienis”, ujar Bidan Rika.

Program ini didukung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dan didanai oleh Hibah Program Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia 2024. Berbagai perusahaan seperti PT Rohto Laboratories Indonesia, PT Ultra Sakti Tresnojoyo, dan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, turut berpartisipasi dengan memberikan donasi produk kesehatan kulit senilai lebih dari Rp12 juta. “Kami sangat berterima kasih atas dukungan semua pihak,” ujar apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D., pemimpin tim FFUI.

Kegiatan ini menyoroti urgensi edukasi kesehatan di komunitas Suku Baduy yang tersebar di 58 kampung dengan populasi sekitar 26.000 orang. Keterbatasan tenaga kesehatan dan luasnya wilayah menjadi tantangan besar dalam memberikan pelayanan medis. Tim Pengmas FFUI mengatasi tantangan ini dengan menyampaikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penggunaan tanaman herbal melalui poster dan booklet, serta menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan kulit yang mencakup langkah-langkah seperti mandi teratur, atur jadwal jemur kasur dan bantal, menjaga kebersihan rumah, mengurangi kontak dengan orang serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau budug dan mencuci pakaian secara rutin.

Pemberian Poster Kesehatan oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Tim Pengmas

Program ini tidak hanya mencakup distribusi materi edukasi dengan poster, tetapi juga penyuluhan tentang penggunaan tanaman herbal berkhasiat mudah ditemukan di lingkungan sekitar Suku Baduy tinggal. Tanaman-tanaman yang telah terbukti efektif dalam mengatasi masalah kulit seperti skabies di antaranya adalah lidah buaya (Aloe vera), kunyit (Curcuma longa), dan daun sirsak (Annona muricata). Getah lidah buaya (gel) digunakan dengan dioles pada bagian kulit yang terkena skabies, didiamkan selama 30 menit, dan dibilas dengan air dingin setelah 30 menit. Penggunaan kunyit dihaluskan dan dioleskan ke kulit yang menderita budug, lalu setelah beberapa saat dibersihkan. Kemudian, penggunaan daun sirsak direndam di dalam air selama beberapa menit kemudian diperas. Air perasan daun sirsak disemprotkan merata ke seluruh permukaan luka skabies satu kali sehari selama seminggu.

Selain penyuluhan, pada kegiatan ini juga dibagikan 100 bingkisan berisi makanan seperti roti dan beberapa snack, serta produk-produk yang diberikan oleh para sponsor kepada masyarakat Suku Baduy. Produk yang diberikan merupakan produk penunjang kesehatan kulit, seperti lotion, sampo, dan bedak.

Pemberian Bingkisan Produk Penunjang Kesehatan kepada Warga

“Dengan pemberian media edukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Baduy, kami berharap masyarakat Baduy dapat lebih mudah memahami pentingnya PHBS dan memanfaatkan tanaman herbal secara optimal. Inisiatif ini bertujuan untuk membantu mereka menjaga kesehatan kulit dan mencegah penyakit,” tambah Bu Donna.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada FFUI atas kunjungan dan edukasinya kepada masyarakat Baduy,” ucap Pak Meidi selaku sekretaris desa. Melalui program pengabdian masyarakat ini, FFUI berharap bisa memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada kesehatan kulit komunitas Baduy, dengan menghubungkan pengetahuan tradisional dan praktik kesehatan modern untuk kesejahteraan yang lebih baik.

Tim Pengmas FFUI bersama dengan anak-anak Baduy

Adapun tim Pengmas FFUI yang diketuai oleh apt. Donna Maretta Ariestanti, M.Sc., Ph.D terdiri dari mahasiswa Sarjana dan Apoteker FFUI yaitu Faiq Firni Ramadhan, Raihana Ghibtha Putri, Nafisa Thahira, Mauna Munifah Indarwati, dan M. Mishbahus Surur. “Semoga apa yang kami lakukan di sini memberikan manfaat bagi masyarakat Baduy dan dapat membantu mereka mengatasi permasalahan kesehatan kulit yang selama ini diderita oleh mereka”, kata Donna.