Jakarta, 10 Agustus 2025 — Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Empat Guru Besar FFUI ditunjuk langsung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi untuk hadir sebagai narasumber dan peneliti pada Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025, yang berlangsung pada 7–9 Agustus 2025 di Jakarta Convention Center.
Acara bergengsi ini dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang hadir bersama jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju. Dalam sambutannya, Presiden menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa di bidang sains dan teknologi. Kolaborasi seperti KSTI menjadi kunci untuk menghadirkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Presiden Prabowo.
Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si. hadir sebagai Panelis pada 7 Agustus 2025 dalam sesi bertema FRONTIER SCIENCES, Prof. Arry membahas perkembangan riset mutakhir di bidang farmasi yang memanfaatkan teknologi terkini, mulai dari kecerdasan buatan untuk penemuan obat hingga pemanfaatan big data dalam farmakologi.
“Ilmu pengetahuan harus bergerak di garis terdepan, tidak hanya mengikuti arus. Frontier sciences menjadi pendorong lahirnya inovasi yang dapat mengubah masa depan kesehatan,” ungkap Prof. Arry.
Pada 9 Agustus 2025, Prof. Abdul Mun’im tampil sebagai Panelist dengan tema “Inovasi Obat Nasional: Obat Kimia, Herbal, Cosmeceutical, dan Biofarmasi”. Beliau menyoroti pentingnya pengembangan obat berbasis bahan alam Indonesia yang memiliki potensi besar di pasar global.
“Kekuatan biodiversitas Indonesia adalah modal utama. Tugas kita adalah mengubahnya menjadi produk inovatif yang aman, efektif, dan berdaya saing tinggi,” ujar Prof. Mun’im.
Prof. Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si. dan Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si. turut hadir sebagai peneliti Farmasi UI pilihan Kementerian Pendidikan Tinggi. Menurut Prof Fadlina dan Prof Berna, kegiatan ini sangat baik karena dapat memberi ruang bagi para peneliti untuk memperluas jejaring kolaborasi dan sinergi riset antar para peneliti dari berbagai bidang.
“Kegiatan seperti KSTI membuka ruang bagi peneliti untuk memperluas jejaring kolaborasi lintas sektor”, ujar Prof Fadlina.
Selaras dengan Prof Fadlina, Prof. Berna berpendapat, “Inovasi tidak lahir dalam ruang hampa. Sehingga diibutuhkan sinergi antara riset, industri, dan kebijakan publik.”
KSTI 2025 menjadi ajang pertemuan strategis antara akademisi, peneliti, industri, dan pemerintah untuk membahas isu-isu prioritas dalam sains, teknologi, dan industri nasional. Kehadiran pimpinan dan Guru Besar FFUI di forum ini menegaskan peran aktif Fakultas Farmasi UI dalam mendorong lahirnya inovasi yang relevan, berkelanjutan, dan bermanfaat luas.