Senin, 25 Feb 2019 kemarin, Fakultas Farmasi UI khususnya Prodi Magister Herbal mengadakan FGD Revisi Kurikulum dengan mendatangkan 2 narasumber yang berbeda. Narasumber yang pertama yaitu Aceng Sopyan, S. Ag (Owner dari UKOT CV. Toga Nusantara), narasumber yang kedua yaitu Drs. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D (Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI).
Indonesia memiliki kekayaam alam yang besar diantaranya terdapat 30.000 jenis tanaman yang masih banyak belum diketahui khasiat dan belum dimanfaatkan, ini menjadi latar belakang dibutuhkan nya tenaga ahli di bidang Herbal. Selain itu, belum adanya pemanfaatan tanaman yang berpotensial sebagai herbal untuk kesehatan juga menjadi latar belakang dibutuhkannya tenaga ahli Herbal.
Dengan mengambil tema paparan yang sama yaitu terkait perkembangan produk herbal di Indonesia, Bapak Aceng Sopyan menyampaikan bahwa jumlah produk herbal berkembang pesat dipasaran, baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri, bahan baku dari daratan ataupun lautan. Industri Farmasi juga ikut menggarap produksi herbal diantaranya pemanfaatan herbal sebagai sediaan (tablet, kapsul, serbuk instan, dll) dan jenis kegunaan (obat tradisional, kosmetik, suplemen dll). Dari yang awalnya memproduksi produk herbal secara manual hingga kini menggunakan mesin/alat yang canggih.
Aceng Sopyan juga menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi dalam memproduksi produk herbal kini adanya kompetitor dari produk luar negeri, Produsen nakal yang memproduksi produk illegal, meniru produk yang legal, mencampurkan herbal dengan BKO, sulitnya untuk mempatenkan/proteksi pasar, sehingga ketika manfaat suatu tanaman telah diketahui, banyak yang meniru dan banyak yang mengikuti “Trand”, jarang satu produk herbal dapat bertahan sepanjang masa.
Oleh sebab itu, sebaiknya farmasis khususnya Fakultas Farmasi dalam hal merevisi kurikulum harus lebih fokus mengenai Produk Herbal pada Industri & Konsumen baik dari segi pemahaman aspek CPOTB, dosis yang tepat untuk penggunaan, kestabilan herbal dari bahan awal hingga ke tangan konsumen, kestabilan zat aktif terhadap suhu, waktu penyimpanan, iradiasi, Efek samping, Toksisitas, Interaksi antar herbal, obat ataupun makanan dan peningkatan status herbal dari jamu menjadi obat herbal terstandar ataupun fitofarmaka.
Tidak jauh berbeda dengan Aceng Sopyan, Drs. Tepy Usia juga membahas terkait Program Pengembangan Jamu/Herbal, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dan Standarisasi & Ujian Praklinik/ Klinik Jamu dan Herbal Indonesia. Beliau mengatakan lebih dari 400 etnis di Indonesia memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Potensi bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal diantaranya tumbuhan, hewan, mikroba, biota laut dan mineral.
Tepy Usia merekomendasikan hal-hal yang dapat dikembangkan pada kurikulum Prodi Magister Herbal FF UI diantaranya Kimia Bahan Alam Indonesia (Plant, Animal, Maritime), Saintifikasi Etnomedisin Indonesia, Teknologi Bahan Alam Indonesia, Discovery New Medicine from Herbal Indonesia.