Lebak, Banten – Pada hari Selasa, 25 Februari 2025, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) bekerja sama dengan Turkish Cooperation and Coordination Agency (TİKA) kembali mengunjungi masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Kunjungan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi sebelumnya pada 27-28 Juli 2024, yang diawali dengan penandatanganan perjanjian kerjasama antara FFUI dan TİKA. Kerjasama ini mendukung peningkatan sumber daya alam lokal, salah satunya melalui pembentukan kebun tanaman obat khas masyarakat Baduy, yang dilaksanakan di lahan yang diwakafkan oleh Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).
Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FFUI, Prof. Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si menyampaikan,
“Program ini bukan hanya tentang meningkatkan kesehatan masyarakat Baduy melalui pemanfaatan tanaman obat, tetapi juga memberdayakan mereka dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengelola sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Dengan kerjasama ini, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, terutama dalam mengembangkan ekonomi lokal mereka melalui pengolahan produk-produk alami yang bernilai tinggi.”
Program kebun tanaman obat ini diinisiasi sebagai tanggapan terhadap kebiasaan masyarakat Suku Baduy yang lebih memilih pengobatan alami dibandingkan pengobatan berbahan dasar kimia. Sebagai bagian dari inisiatif ini, masyarakat Baduy dilibatkan dalam penanaman tanaman obat tradisional yang memiliki khasiat bagi kesehatan mereka. Tanaman yang ditanam di kebun ini terdiri dari tujuh jenis tanaman obat khas Baduy, yaitu sereh, kunyit, temulawak, kumis kucing, daun sirih, kelor, dan katuk, yang sebelumnya telah disosialisasikan oleh tim pengabdian masyarakat FFUI kepada masyarakat Baduy.

“Inisiasi kebun tanaman obat ini merupakan langkah nyata dalam mendukung masyarakat Baduy yang sejak lama bergantung pada pengobatan alami. Kami berharap, melalui program ini, tidak hanya meningkatkan kesehatan mereka, tetapi juga dapat menciptakan peluang ekonomi melalui pengolahan tanaman obat yang mereka tanam, sehingga memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat Baduy”, ujar Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., Ketua Panitia Program Pengmas FFUI.
Kebun tanaman obat tersebut terbagi menjadi dua lokasi di Kecamatan Leuwidamar. Kebun pertama terletak di Desa Kanekes, di mana telah dibangun sebuah green house yang digunakan untuk menanam dan memproduksi bibit tanaman. Di sekitar green house, ditanami hanjeli dan tujuh tanaman obat lainnya, sementara lahan yang berdampingan dengan rumah masyarakat juga digunakan untuk menanam tanaman obat tersebut. Sementara itu, kebun kedua terletak di Desa Bojong Menteng, yang khusus ditanami hanjeli.

Pada kegiatan tersebut, selain melakukan pendampingan dan evaluasi, tim pengabdian masyarakat FFUI dan TİKA juga melaksanakan seremonial pemotongan pita sebagai tanda peresmian kebun tanaman obat Suku Baduy. Acara ini dihadiri oleh sejumlah pejabat, antara lain Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial Universitas Indonesia Bapak Ricky Setiawan, S.E.; Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FFUI Prof. Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si.; Vice President TİKA Dr. Ümit Naci Yorulmaz; TİKA Asia Pacific Desk Gökhan Keser; Ketua YASMUI Bapak Arif; perwakilan pemuda Suku Baduy Bapak Saidam; dan Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat FFUI Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., bersama mahasiswa tim Pengabdian Masyarakat FFUI serta masyarakat Suku Baduy.
Berdasarkan hasil evaluasi dan peninjauan kebun tanaman obat, hanjeli menjadi tanaman yang paling banyak ditanam dan telah beberapa kali dipanen. Hanjeli, yang merupakan tanaman asli khas Baduy, dulunya merupakan salah satu makanan pokok suku Baduy. Tanaman ini memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk sebagai sumber karbohidrat rendah glikemik yang sangat baik untuk penderita diabetes. Selain itu, hanjeli juga diketahui memiliki sifat diuretik yang membantu melancarkan saluran kemih dan mengurangi pembengkakan. Pengolahan hanjeli oleh masyarakat Baduy masih sangat terbatas dan menggunakan metode tradisional, salah satunya dengan menggunakan lesung dalam kegiatan gotong royong. Oleh karena itu, pada kegiatan ini juga diserahkan mesin penggilingan otomatis untuk mendukung pengolahan hanjeli. Diharapkan, pengolahan hanjeli tidak hanya terbatas pada makanan pokok, tetapi dapat dikembangkan menjadi produk dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Selain itu, dilakukan pula diskusi terkait keberlanjutan kerjasama untuk terus mendukung masyarakat Baduy dalam mengembangkan kebun tanaman obat khas Baduy hingga pengolahannya menjadi produk yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan serta perekonomian masyarakat setempat.

Pada hari yang sama, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke lembaga adat Baduy di Desa Adat Kanekes Baduy Luar. Dalam kunjungan tersebut, perwakilan tim pengabdian masyarakat FFUI dan TİKA menerima kenang-kenangan khas Baduy yang diserahkan langsung oleh Jaro, pemimpin adat Baduy Luar. Selain mengelilingi desa adat, tim juga diajak ke lumbung padi masyarakat Baduy Luar dan berdiskusi dengan perwakilan pemuda Baduy Luar, Bapak Saidam, serta Bapak Arif. Diskusi ini memberikan gambaran tentang perencanaan program atau kegiatan yang dapat diterapkan oleh tim pengabdian masyarakat FFUI dan TİKA di masa mendatang.