Disertasi Doktor Program Studi Doktor Ilmu Farmasi FFUI Kembangkan Penelitian Menggunakan Teknik Biosampling VAMS dan Polimorfisme Gen dalam Monitoring Terapi Tamoksifen Pasien Kanker Payudara ER+

Cari
Tutup kotak pencarian ini.

Disertasi Doktor Program Studi Doktor Ilmu Farmasi FFUI Kembangkan Penelitian Menggunakan Teknik Biosampling VAMS dan Polimorfisme Gen dalam Monitoring Terapi Tamoksifen Pasien Kanker Payudara ER+

Selasa (14/06/2022), Fakultas Farmasi Univesitas Indonesia (FFUI) melangsungkan acara Promosi Doktor Program Studi Doktor Ilmu Farmasi secara hybrid dengan calon doktor bernama apt. Baitha Palanggatan Maggadani, M.Farm. Turut hadir secara luring maupun daring sebagai tim penguji yaitu Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si. selaku Ketua Sidang, Prof. Dr. apt. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Promotor, Prof. Dr. apt. Harmita selaku Ko-Promotor 1, Dr. dr. Samuel J. Haryono, SpB(K)Onk. Ko-Promotor 2, Prof. Dr. apt. Hayun, M.Si. selaku Penguji I, Prof. Dr. apt. Mochamad Yuwono, M.S. selaku Penguji II, Dr. apt. Herman Suryadi, MS selaku Penguji III, dan Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD., KHOM selaku Penguji IV.

Pada sesi pemaparan, Baitha mengawali pembahasan tujuan dan metode analisis dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tamoksifen dan Metabolitnya dalam VAMS menggunakan KCKUT-SM/SM dan Analisis Genomik untuk Penyesuaian Dosis Tamoksifen pada Pasien Kanker Payudara ER+”. “Pada penelitian ini, dilakukan analisis kaitan profil metabolisme pasien dengan konsentrasi endoksifen dalam darah serta studi mengenai pengaruh peningkatan dosis berdasarkan profil genetiknya terhadap konsentrasi endoksifen darah untuk memberikan rekomendasi klinis dosis tamoksifen bagi masing-masing pasien”, ungkapnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Baitha melakukan metode analisis biosampling, preparasi sampel, hingga analisis konsentrasi metabolit dan genotyping. Microsampling dalam bentuk sampel darah kering, baik Dried Blood Spot (DBS) dan Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) semakin diminati karena keuntungannya dibanding plasma dan serum. VAMS merupakan teknik biosampling terbaru yang lebih kuantitatif dan efisien dalam sampling serta mengkoreksi kelemahan DBS terkait hematokrit, sehingga dalam penelitian ini efektivitas sampel darah kering terutama VAMS dieksplorasi lebih jauh.

Analisis konsentrasi metabolit dilakukan terhadap 151 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu positif kanker payudara tipe estrogen reseptor positif (ER+) yang mendapat terapi tamoksifen minimal 2 bulan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa polimorfisme CYP2D6 mempengaruhi kadar endoksifen darah. Pemeriksaan genotipe sangat direkomendasikan sebelum terapi tamoksifen agar dapat menjadi penuntun untuk dosis yang tepat sesuai dengan kondisi genetis masing-masing pasien. Pemeriksaan genotipe juga perlu disertai dengan pemantauan konsentrasi endoksifen sebenarnya dalam darah. Pemastian konsentrasi efektif dalam darah juga harus didukung dengan studi mengenai ambang batas konsentrasi endoksifen yang masih dapat memberikan efek terapi yang efektif. Data yang didapat pada penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dalam menentukan dosis serta target konsentrasi endoksifen yang efektif dalam menurunkan rekurensi dan meningkatkan angka survival.

Proses sidang terbuka dilanjutkan dengan penyampaian sanggahan dari tim penguji atas materi disertasi yang telah dipaparkan oleh calon doktor. Kemudian tim penguji melakukan sidang tertutup untuk penentuan kelulusan. Berdasarkan disertasi yang diajukan serta pertimbangan penguji atas pembelaan dan argumentasi Baitha terhadap para penyanggah, tim penguji memutuskan untuk mengangkat apt. Baitha Palanggatan Maggadani, M.Farm. menjadi Doktor dalam bidang Ilmu Farmasi dengan yudisium cumlaude dan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yakni 3,99.

Prof. Yahdiana selaku Promotor kemudian menyampaikan sambutan dan ringkasan dari pencapaian yang telah diraih oleh Dr. apt. Baitha Palanggatan Maggadani, M.Farm. “Dr. Baitha telah mengembangkan teknik biosampling VAMS menggunakan KCKUT-SM/SM yang tidak memerlukan pelarut yang banyak, sehingga sangat aman untuk dilakukan. Selain itu, Dr. Baitha telah memperoleh pengetahuan baru mengenai pengujian genotyping dan analisis menggunakan sampel DNA yang diambil menggunakan buccal swab dari mukosa pipi pasien”, ungkapnya. Pada sambutannya, Prof. Yahdiana juga berharap agar penelitian yang dilakukan oleh Dr. Baitha dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan kemoterapi.