Fakultas Farmasi UI Tambah 1 Guru Besar di Bidang Bahan Alam

Cari
Tutup kotak pencarian ini.

Fakultas Farmasi UI Tambah 1 Guru Besar di Bidang Bahan Alam

Universitas Indonesia (UI) telah mengukuhkan 3 orang Guru Besar dari Rumpun Ilmu Kesehatan, diantaranya adalah Prof. dr. Asri C. Adisasmita, MPH., M.Phil., Ph.D yang merupakan Guru Besar bidang Ilmu Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI (FKM UI) ; Prof. Dr. R. Budi Haryanto, SKM., M.Kes, M.Sc. – Guru Besar Tetap bidang ilmu Kesehatan Lingkungan FKM UI dan Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si, Apt – Guru Besar Tetap dalam bidang Bahan Alam Fakultas Farmasi UI (FFUI). Upacara pengukuhan dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met. pada Sabtu (23/3) di Balai Sidang UI kampus Depok.

Selain telah menjadi Guru Besar Fakultas Farmasi UI, Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt. saat ini juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura dan Administrasi Umum Fakultas Farmasi UI. Jumlah Guru Besar di FF UI saat ini sebanyak 6 orang. Prof. Mun’im yang lulus gelar Doktor nya dari University of Tsukuba Jepang ini menyampaikan Pidato Pengukuhannya yang berjudul “Pemanfaatan Teknologi Hijau dalam Pengembangan Bahan baku dan Obat Herbal” bahwa dalam pengembangan obat herbal diperlukan sentuhan teknologi agar kualitas meningkat dan keamanan produk terjamin. Salah satu proses yang menjadi perhatian dan menentukan kualitas adalah ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan industri obat herbal di Indonesia umumnya adalah maserasi, perkolasi dan refluks. Metode ini menggunakan pelarut organik, dan mudah terbakar. Pelarut ionik (ionic liquid)  adalah garam cair murni dengan titik leleh rendah, umumnya di bawah 100 °C. Pelarut ini tidak mudah terbakar, stabil pada temperatur tinggi, tidak mudah menguap, non-toksik dan memiliki sifat fisikokimia yang dapat disesuaikan dengan senyawa target.

 

Prof. Mun’im melanjutkan, kalau Pelarut ini telah berhasil mengekstraksi beberapa senyawa aktif dari tumbuhan obat. Bahkan, pada beberapa kasus hasil ekstraksi lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional.  Namun pelarut ini toksik terhadap lingkungan, Selain itu diperlukan ekstraksi kembali dengan pelarut organik. Prof. Mun’im menambahkan, DES (Deep eutectic solvent) merupakan alternatif pelarut pengekstraksi yang lebih aman. Pelarut ini memiliki berbagai keunggulan sebagai pengekstraksi. Senyawa aktif dari tumbuhan, seperti fenol, flavonoid, resveratrol, dan carthamin telah berhasil diekstraksi dengan pelarut ini. Penggunaan emulgator sebagai DES dapat mengurangi tahapan proses produksi, seperti pada pembuatan sediaan krim. Tantangan penggunaan DES adalah permasalahan stabilitas, karena produk ekstrak berupa cairan, dan beberapa pelarut sangat higroskopis sangat menyulitkan dalam pembuatan sediaan padat.